Hallo semoga teman perpustakaan.org dalam keadaan sehat, dalam berita Perpustakaan kali ini saya akan membahas perihal Susahnya Mengembangkan Perpustakaan Swasta, pembahasan dalam berita perpustakaan ini akan saya buat dalam sebuah narasi berita, semoga berita perpustakaan Susahnya Mengembangkan Perpustakaan Swasta, dapat menambah pengetahuan teman perpustakaan.org,jangan lupa tinggalkan komentar pada Berita Susahnya Mengembangkan Perpustakaan Swasta, saran masukan teman perpustakanaan.org sangat bermakna untuk kemajuan website ini.
Perpustakaan.org - Dilansir dari JawaPos.com,Mengelola perpustakaan swasta bukan perkara mudah. Modal yang dibutuhkan bisa dikategorikan besar. Ongkos pemeliharaan buku atau menambah koleksi buku bisa mencapai ratusan juta.
Perpustakaan Freedom Institute yang biasanya dipenuhi buku-buku yang ditata rapi dalam rak kini sudah tak ada lagi. Sebab per 2 Oktober lalu, open library yang terletak di Jalan Proklamasi 41 Jakarta itu sudah tutup.
Dari pantauan Jawa Pos Kamis (8/10) lalu kardus-kardus besar berisi buku tampak tertumpuk di ruang baca yang memiliki luas sekitar 200 meter persegi itu. Koleksi buku Freedom Institute yang mencapai 14 ribu buku itu akan dipindahkan sementara ke kawasan lereng Gunung Salak.
"Kami ibaratnya sekarang menjadi kepompong. Berhibernasi. Setelah berjalan 12 tahun, mungkin butuh break sebentar. Satu atau dua tahun istirahat lalu menentukan akan memulai sesuai yang baru. Termasuk perpustakaannya. Kami tidak tutup selamanya hanya berpindah," sebut kepala perpus Freedom Institute Eru Gunawan.
Eru mengatakan sejak dibuka untuk umum 2003 lalu sampai terakhir buka 1 Oktober lalu total pengunjung Freedom Institute mencapai 131.381 orang. Dalam 12 tahun, kunjungan tertinggi terjadi pada 2014 lalu. Dalam setahun kunjungan sampai 21.283 orang.
Freedom Institute yang juga membuka jasa konsultasi politik itu dimiliki oleh Rizal Mallarangeng. Sehingga semua pendanaan bersumber dari kantong politikus asal Makassar tersebut.
Eru membeberkan, dalam satu bulan per bulan dibutuhkan dana sampai Rp 100 juta untuk pembiayaan perpustakaan. Rinciannya, untuk kebutuhan listrik bangunan Freedom Institute itu sekitar Rp 40 juta.
Kemudian untuk tenaga perpustakaan yang berjumlah lima orang total gaji per bulan antara Rp 10-25 juta. Lalu pengadaan buku per bulan bisa sekitar Rp 50 juta per bulan.
Sejak dibuka pertama untuk umum 12 tahun silam, Freedom Institute memang tak hanya mengkhususkan diri sebagai unit perpustakaan konvensional. Namun juga menggelar workshop penulisan, diskusi soal budaya, sastra, musik, dan film. Juga kuliah umum dengan beberapa pakar dibidang tertentu.
Nah, ketika pertama kali dibuka 2003 silam Freedom Institute hanya memiliki sekitar 4-5 ribu buku. Dan tak langsung menempati lokasi yang sekarang, Freedom Institute sebelumnya bertempat di Jalan Irian 8 Menteng Jakarta.
Dengan koleksi buku yang terus bertambah akhirnya pada 2010 pindahlah Freedom Institute ke lokasi Jalan Proklamasi 41 Jakarta. Dan lokasi baru tersebut masih properti milik Rizal Mallarangeng.
Bicara soal koleksi buku yang berjumlah belasan ribu tersebut Eru menegaskan tak akan menjual koleksi buku dan jurnalnya. Sebab, sesuai permintaan Rizal Mallarangeng sebagai pemilik buku, tak ada satupun yang boleh dijual.
"Sebelum memutuskan untuk berpindah di kawasan Gunung salak, kami sudah observasi beberapa lokasi pemindahan. Di antaranya Jogja atau kota lain. Namun akhirnya diputuskan ke lokasi baru yang juga milik Pak Rizal," ucap Eru.
Di lokasi yang baru ini buku-buku ini tak hanya disimpan dalam kardus. Melainkan juga ditata dalam rak.
"Kalau dikatakan kunjungan ke perpustakaan terus menurun itu tak benar. Alasan kami tutup sementara juga tidak disebabkan tak ada yang berkunjung dan membaca disini. Yang datang kesini nyaman kok," tutur Eru.
Lokasi Freedom Institute sekarang menurut Eru sudah dijual oleh Rizal Mallarangeng kepada pemilik barunya. Soal harga bangunan serta luas tanah sekitar 1000 meter persegi yang jadi lokasi Freedom Institute, Eru tak mau menyebutkan. Namun melihat lokasi rumah yang strategis dan ada di kawasan elit, tak mungkin rumah tersebut terjual di bawah Rp 20 Miliar.
Di sisi lain, beberapa penjual buku online mengatakan pernah mendapat limpahan buku-buku perpustakaan yang bangkrut. Misalnya Iwan. Penjual buku online ini mengaku mendapat informasi soal buku perpustakaan yang dijual dari tukang pengepul kertas dan loakan.
Iwan sebagai tangan ketiga dalam tiga tahun belakangan memang mendapatkan banyak pasokan. Beberapa perpustakaan yang pernah menjual koleksi bukunya adalah Perpustakaan Masjid Syuhada Jogja serta Perpustakaan Muhammadiyah.
"Saya sebagai tangan ketiga. jadi, tukang loak itu sudah tahu mana buku bagus dan bukan. Kalau dulu mungkin belinya masih murah. Sekarang lebih mahal. Mereka dapat informasi buku bekas yang mahal itu dari facebook, twitter, atau media sosial lainnya," ucap Iwan.
Primadona dari buku bekas perpustakaan adalah jenis buku kiri. Dan nama Pramoedya Ananta Toer menjadi penulis most wanted. Satu set tetralogi Bumi Manusia produksi Hasta Mitra bisa dibanderol Rp 1,2-1,5 juta untuk empat buku.
"Kalau ada cap perpustakaanya bukan masalah. Yang penting bukunya bagaimana kondisinya. Dan penulis macam Pram itu memberikan keuntungan bisa sampai Rp 70 ribu per bukunya. Tapi ya sekarang langka," tambah Iwan.
Terima Kasih teman Perpustakaan.org telah membaca berita perpustakaan tentang Susahnya Mengembangkan Perpustakaan Swasta, Semoga teman Perpustakaan.org dapat membuka wawasan teman Perpustakaan.org sekalian dalam menimba ilmu di dunia maya,apabila ada kekurangan dalam berita perpustakaan tentang Susahnya Mengembangkan Perpustakaan Swasta, Mohon di maafkan,karena seyogianya penulis hanya seorang manusia biasa yang tidak luput dari sebuah kesalahan,jangan lupa tinggal komentar di berita ini ya sobat perpustakaan.org, terima kasih.
Tag : #perpustakaannasional #perpustakaansekolah #perpustakaananak #perpustakaandigital #perpustakaankeliling #perpustakaanjalanan #perpustakaanmini #ayokeperpustakaan #perpustakaandesa #perpustakaanumum #perpustakaandaerah #perpustakaanrumah #perpustakaanindonesia #perpustakaanonline #perpustakaangratis