Menulis bagiku bukanlah persoalan mudah, apalagi menulis artikel yang panjang dan lengkap, enak dibaca dan didengarkan, tentu itu bukan persoalan gampang, yang jelas menulis artikel itu tidak seperti mengungkapkan kekesalan di beranda Facebook seperti yang sering orang lakukan.
selain punya ide dan gagasan seorang penulis juga harus pandai menyampaikan dengan tulisan, bahasa yang bagus dan susunan yang baik atau minimal setidaknya bisa difahami oleh pembaca.
Dari dulu aku tidak begitu gemar membaca, paling-paling hanya membaca mata pelajaran saja, bahkan majalah dinding dan koran dinding dihalaman pesantren pun aku tidak pernah mendekatinya, lebih suka mendengar isi beritanya dari teman-teman yang membaca.
Dulu, Bagiku membaca hanya buang-buang waktu saja, kalau ingin tahu alur cerita ayat-ayat cinta dan novel-novel lain misalnya, aku nunggu teman-temanku selesai membacanya, setelah itu aku ajak dia nongkrong diatas musholla, dengan segelas kopi dan sebungkus gudang garam aku suruh temanku itu menceritakan novel yang sudah ia baca, dan aku mendengarnya sambil rebahan.
Sekarang baru sadar betapa pentingnya bisa menulis, sebagai alumni pesantren yang tidak punya anak didik (murid) itu rasanya seperti apa yang telah dipelajari dipesantren selama ini kurang begitu berarti jika tidak diajarkan pada orang lain.
Akhirnya aku putuskan untuk menulis, dengan harapan suatu saat nanti ada orang yang sudi membacanya.
bisa dibayangkan betapa sulitnya bagi orang yang miskin khazanah bahasa dan minim kata-kata sepertiku, isi kepala rasanya seperti diperas hingga kering hanya untuk menghasilkan satu artikel saja.